SASTRA


Beberapa model Telaah Sastra

Dalam memahami, menghargai, membandingkan, dan mengeritik karya sastra dihadapkan kepada penelaah secara intrinsik dan atau eksrinsik. Telaah instrinsik diarahkan kepada keberadaan sastra sebagai struktur verbal otonom atau objek yang mandiri atau dunia yang lengkap dan selesai dalam dirinya sendiri (self-sufficient object; World-itself), karena itu disebut kajian objektif. Sedangkan telaah ekstrisik/ diarahkan kepada keberadaan sastara : sebagai imitasi, refleksi, reprentasi dunia atau kehidupan manusia (kajian mimesis) : sebagai sesuatu dikontruksi untuk mencapai efek tertentu pada pembaca baik kenikmatan estetik, pengajaran, maupun sejenis emosi tertentu (kajian pragamatik ); dan sebagai produk imaginasi pengarang berpangkal pada persepsi, cipta, rasa dan karsanya (kajian ekspresif). (lihat Abrams, 1981 : 36-37).

Beberapa model telaah sastra yang akan dipaparkan berikut dapat membantu dalam menginterprestasi dan menerangkan sastra secara lebih utuh, menyeluruh dan lengkap. Berbagai model telaah sastra sebenarnya memiliki latar belakang atau lasan tertentu, diantaranya :
  1. Adanya kencendrungan baru dalam bidang sastra kreatif diantaranya novel-novel.
  2. Adanya perkembanganbaru dalam bidang ilmu pengetahuan dan filsafat.
  3. Adanya anggapan tentang nilai karya sastra. Anggapan bahwa nilai sastra terletak pada nilai-nilai moral yang dikandungnya, telah mendorong telaah moraal-filossofis.

Telaah histories-biogarafis
Merupakan sastra sebagai refleksi dari kehidupan dan jaman yang dialami pengarang atau tokoh-tokoh yang dikisahkan dalam karya sastra. Berdasrkan telaah demikian disebut pula telaah ekspresif, yang menganggap sastra sebagai sumber pengetahuan yang unik berasal dari imaginasi pengarang dan mengagungkan ekspresi pribadi (self-expression) sebagai fungsi dari sastra.

Telaah moral-filosofis
Telaah ini dipengaruhi oleh adanya anggapan bahwa fungsi sastra adalah untuk mengajarkan moralitas, baik yang diorientasikan kepada ajaran-ajaran religi maupun falsafah.

Telaah formalistis
Telah ini di dasarkan kepada gagsan bahwa bentuk (form) merupakan sesuatu yang penting bagi pemahaman yang sebenarnya dari karya sastra.
Tujuan dari telaah formalistis adalah kajian terhadap sastra dapat mencapai taraf ilmiah (scientific).

Telaah strukturalistis
Jantung dari strukturalisme ialah gagsan tentang system : suatu realitas (entity) yang lengkap dan memiliki kaidah diri, yang mengadaptasi pada kondisi-kondisi baru dengan mentransformasikan bagian-bagiannya semetara tetap mempertahankan struktur sistematikanya.

Pendapat Jean Piaget bahwa struktur meliputi 3 gagasan utama, aialah : the idea of wholeaness, the idea of transformation dan the idea of self-regulation. Keseluruhan berarti memilik koherensi internal, susunannya lengkap-diri, bagian-bagiannya menyesuaikan diri dengan seperangkat kaidah intriksik yang menentukan sifat keseluruhan serta bagian-bagiannya. Transformasional berarti struktur itu tidaklah statis. Kaidah-kaidah yang mengaturnya bergerak sedemikain rupa sehingga membuatnya tidak semata-mata distrukturkan tetapi juga menstruktur.

Telaah semiotis
Telaah sastra dengan pendekatan semiotic didasarkan kepada anggapanbahwa sastra merupakan salah satu system tanda yang bermakana yang menggunakan medium bahasa.

Semiotik atau juga disebut semiologi adalah : “ilmu yang secara sistematik mempelajari tanda-tanda dan lambang-lambang, system-sistem lambang dan proses-proses perlambangan.” (Luxemburg, te. L. 1984 :44.)C.S. pierce mengklasifikasikan 3 jenis tanda, berdasarkan jenis hubugan antara penanda (signifier = sesuatuyang menandai) dan petanda (signified = sesuatu yang ditandai). Icon adalh tanda yang menunjukkan hubungan antara penanda dan petandanya memiliki kesamaan inheren. Index adalah tanda yang menunjukkan hubungan antara penanda dengan petandanya memiliki hubungan kausal. Symbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan antara penanda dengan petandanya tidak bersifat alamiah, tetapi benar-benar meruakan persoalan konvensi social.

Telaah psikologis
            Telaah psikologis terhadap sastara dapat diartikan sebagai :
1.      the psychological study of the writer, as type and as individual;
2.      the study of the creative process;
3.      the study of the pshycological types and laws present within works of literature;
4.      the effects of literature upon its readers. (Wellek & Warren, 1976 : 81).

Efek sastra ternadap pembaca umumnya dibicarakan pada telaah sosiologi sastra. Sedangkan kajian
psikologis terhadap pengarang serta kajian terhadap proses kreatif umumnya dikaitkan dengan psikologis
seni.

Telaah sosiologis
Telaah sosiologis terhadap sastra didasarkan kepada kenyataan bahwa ada kaitan yang erat antara sastra dengan masyarakat. Sastra bahkan dapat disebut sebagai institusi social, yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan bahasa itu merupakan kreasi masyarakat.



Telaah Resepsi Estetika
Telaah yang merupakan dialektika atau dialog antara teks dan pembaca dari waktu ke waktu ini memiliki aspek rangkap : pertama estetika resepsi (reception-easthetic), kedua sejarah resepsi (reception-history).

Rene Wellek dan Austin Warren nampak lebih memberi kemungkinan telaah yang lebih luas wilayahnya. Menurut keduanya telaah sosoilogi terhadap sastra dapat berupa :
1.      sosiolgi karya sastra yang memasalahkan status social, ideologi sosial dan lain-lain yang menyangkut pengarang sebagai penghasil sastra;
2.      sosiologi karya sastra yang memasalahkan karya sastra itu sendiri; yang menjadi pokok penelaahan adalah apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang menjadi tujuannya.
3.      sosilogi sastra yang memasalahkan pembaca dan pengaruh social karya sastra. (lihat Damono, 1978 : 3).
Sementara itu menurut Umar Junus, telaah sosiologi sastra dapat berupa :
a)      telaah terhadap karya sastra dilihat sebagai dikumen sosiobudaya;
b)      penelitian mengenai penghasilan dan pemasaran karya sastra;
c)      penelitian tentang penerimaan masyarakat terhadap (sebuah) karya seorang penulis tertentu dan apa sebabnya;
d)     pengaruh sosiobudaya terhadap penciptaan karya sastra. (lihat Junus, 1986 : 3)

Bidang telaah sosiolagi sebagaimana disebutkan diatas nampaknya cukup memberi kemungkinan kita
untuk memilih sesuai dengan kegunaannya, terutama dalam kaitannya dengan membimbing apresiasi siswa
terhadap karya dari pengarang tertentu.

Telaah Resepsi Sastra
Ada 3 kode yang perlu dipahami setiap pembaca sastra, agar dapat mengungkapkan atau menangkap makna yang dikandung bacaan sastra yang dihadapi. Ketiga jenis kode itu ialah : (a) kode bahasa; (b) kode budaya; (c) kede sastra. Untuk dapat memahami kede bahasa secara baik, maka pembaca harus mengetahui tata bahasa dan kosa katanya.

Nilai sastra
Pokok bahasan yang juga disebutkan dalam GBPP Kurikulum 1984 adalah menghargai prosa dan puisi. Pendapat Horace, Wellek mengartikan bahasa fungsi sastra dari abad ke abad tetap, aialah : dulce and utile (dweet and useful) atau menyenangkan dan berguna (lihat Wellek, 1965 :30).

Perbandingan Sastra
Perbandingan sastra dapat dilakukan dengan menggunakan kerngka sinkronis maupun diakronis.
Perandingan dalam rangka sinkronis dimaksudkan untuk memperoleh kaidah-kaidah atau system norma yang berlaku pada suatu saat tertentu, dan dapat pula untuk memahami kecenderungan yang karakteristik, disebabkan oleh suatu alasan-alasan tertentu.

Perbandingan dalam kerangka diakronis dapat digunakan untuk memahami perkembangan kehidupan sastra dari saat ke saat, atau dari period eke periode. Perbandingan ini dapat pula mengungkapkan adanya pengaruh, atau persebaran suatu sastra tertentu.

Kritik Sastra
Kritik sastra ada 2 macam. Pertama kritik impressionictis criticism : “attrempts to represent in words the felt qualities of particular passage of work, and to express the responses (the impression) wich the work directly vokes from the critic”. (Abrams. 1881 : 36). Kedua judicial criticism : analyze and explain the effects of a work in terms of its subject, organization, techniques and style, and to base the critic’s individual judgements on general standards of literary excellence”. (Abrams, 1981 : 36).

Sementara itu menurut Andre Hardjana, sesuai dengan sifat dan cirri keberadaan sastra sebagai karya seni, kritik ada 3 macam : kritik rekreatif, kritik historis dan kritik penghakiman. “kritik histories secara khusus mempunyai tugas untuk mencari dan menentukan hakekat da ketajaman pengungkapan karya itu di dalam jalinan historisnya.

Kritik rekreatif tugas khususnya adalah, dengan daya angan-angannya lewat jawaban artistik yag telah diungkapkan oleh pengarang itu dengan benar-benar berhasil didalam satu bentuk karya tertentu”.
Kritik penghakiman sebagiamana sudah jelas dari bunyi istilahnya adalah menentukan nilai dari pada sebuah karya sastra yang dibacanya”. (Hardjana, 1983 : 27-28).

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons